SURAT CINTA UNTUK SANG BELAHAN JIWA
“Karena
mimpi adalah doa, menulis juga doa. Kalau Allah saja tak pernah membatasi
hamba-Nya untuk berdoa, kenapa kita harus membatasi diri kita dalam bermimpi
dan menulis?”
Assalamualaikum
Semoga
segenap cinta dan kasih sayang Allah senantiasa terlimpah padamu, wahai
seseorang yang terpilih untukku. Kiranya, bagaimanakah kabarmu di sana? Di
tempat yang hingga kini tak kunjung ku ketahui dimana letaknya.
Disana,
apakah kau sedang dalam proses perbaikan diri sepertiku?
Apa kau
juga sedang mempersiapkan dirimu untuk bertemu denganku?
Atau, kau
sedang berikhtiar untuk menemukan cinta sejati seperti diriku?
Ya aku tahu betapa Allah itu teramat istimewa. Selalu
rangkaikan kisah cinta yang penuh dengan tanda Tanya. Meski cinta itu terkesan
sedeharan, tapi Allah selalu saja bisa membuat kita terus belajar memaknai
cinta yang sesungguhnya.
Hai….
Bagaimana aku harus memanggilmu?
Bahkan
sampai saat ini saja aku tak tahu namamu. Yang aku tahu hanya kau adalah orang
yang baik, orang yang shalih, santun, dan sayang padaku. Karena itu yang telah
Allah kabarkan sebagai jawaban atas doaku. Aku selalu percaya itu. Karena aku
pun selalu berusaha menjadi seperti itu. Baik, shalihah, santun dan sayang
kepadamu. Meski aku masih pernah mengucapkan nada tinggi ke orang tuaku, tapi
jujur setelah itu terjadi aku menyesal setengah mati. Dan akhirnya aku berjanji
untuk tidak mengulanginya lagi.
Aku juga berusaha untuk bisa selalu menyayangimu. Mencintai
janji Allah akan hadirnya dirimu pada waktu yang telah ditentukan itu. Iya,
saat ini aku sedang mempersiapkan hatiku untukmu. Aku selalu memohon kepada
Allah, agar Allah menjaga kesucian hatiku. Aku tak ingin cinta-cinta masa
laluku masih membekas ketika kelak aku akan bertemu denganmu. Dan, ternyata
Allah memberiku kisah ini. Kisah yang membuatku tak mau lagi bermain cinta
tanpa adanya kata qabiltu. Aku ingin benar-benar mengutuhkan cinta ini hanya
untukmu. Untuk seseorang yang akan menuntunku pada cinta haqiqi yang satu.
Wahai, sepenggal nama yang telah tertulis bersama namaku di
Lauhul Mahfudz, inilah aku. Seseorang yang telah lama menantimu, aku hanya
wanita biasa. Yang tak pernah luput dari cela dan dosa. Mungkin kelak kau akan
temukanku dengan segala kekuranganku, namamu aku yakin, hanyalah kau orang yang
akan tetap bisa menerimaku, melengkapi kurangku, dan selalu membimbingku.
Karena itu, Allah kirimkan kau untukku. Maka, aku pun akan
berusaha menjadi seperti itu. Tulus menerimamu, melengkapi kurangmu, dan
menjadi makmum yang terbaik untukmu.
Wahai, Sang Kesatria hati, ini pertama kalinya kukirim surat
untukmu. Entah kapan untaian aksaraku ini bisa tersampai kepadamu. Yang jelas,
aku akan tetap menulis. Karena dengan tulisan ini, kuharap hati kita bisa
menjadi dekat, hingga kau semakin mendekat dan waktu itu pun tiba. Waktu yang
mempertemukan kita dalam mahligai cinta nan suci.
Hingga masa itu, kuingin kau tetap bersabar memeluk waktu.
Sembari terus meng-upgrade dirimu. Salam kenal dari diriku. Meski tak pernah
jua kutahu kapan kita akan bertemu.
Sudah dulu ya, aku banyak kerjaan. insyaAllah, aku tak akan
pernah jemu untuk menorehkan kisah-kisahku dalam surat cinta ini. Indahlah kau
disana. Semoga Allah senantiasa melindungimu dan memudahkan langkahmu. Amiin
Wassalamualaikum
Komentar
Posting Komentar