Kisah Inspiratif

Perempuan Terbaik Itu Melamar Laki-Laki Terbaik

       Siapa yang tidak kenal dengan istri pertama Nabi Muhammad, dia adalah Khadijah RA, seorang janda, bangsawan, hartawan, yang cantik dan budiman. Dia di segani oleh masyarakat Quraisy khususnya dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, dia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang utnuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri
       Banyak pemuka Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapapu yang dikehendaki. Tetapi Khadijah selalu menolak mereka dengan halus kerena tidak ada yang berkenan di hatinya. Keputusannya untuk tidak menikah berubah ketika mimpi indah menyambanginya suatu malam.
       Pertemuan dengan Muhammad menerbitkan kembali impiannya yang lama dilupakan. Kehadirannya membisikan masa depan yang lebih baik bagi diri, bahkan bangsanya. Awalnya, Khadijah ragu karena usianya yang terpaut jauh. Namun, semakin lama, dia justru bertambah yakin. Perbedaan usia tidak seharusnya menjadi halangan.
       Khadijah menyakini keutamaan dan keindahan akhlak pemuda yang kelak menjadi Rasul Allah itu. Keyakinan itu menguapkan keraguannya serta menumbuhkan keberanian dan keteguhan. Kemasyuran Muhammad di Mekkah kala itu, sampai kepada Khadijah yang merupakan saudagar kaya raya. Kemudian, Ibunda Khadijah membentuk kerja sama dagang dengan Muhammad.
       Dia meminta karyawannya yang bernama Maisarah (seorang laki-laki) untuk mengawasi dan mengikuti semua kehendak Muhammad serta tidak boleh menolak semua perintahnya. Hal ini agar terlihat sifat asli dan kepribadian Muhammad. Jika Maisarah membantah perintah, ide, gagasan Muhammad, bisa jadi watak laki-laki itu tidak akan tampak. Bisa jadi Muhammad bin Abdullah tampak baik karena usulan dan masukan dari Maisarah.
Sepulang perjalanan dagang dari Syria. Maisarah melaporkan segala apa yang dia lihat dari sosok Muhammad. Akhirnya, dia yakin bahwa pemuda itu adalah laki-laki yang tepat. Kemudian Khadijah meminta bantuan sehabatnya, Nafisah binti Munabbih, untuk menemui Muhammad Al-Amin agar mau menikahinya.
Sungguh Khadijah perempuan genius, dia tahu siapa orang yang tepat untuk diserahkan urusan ini. Kecerdasan Nafisah menjaga martabat Khadijah sebagai perempuan dan membesarkan hati Muhammad sebagai laki-laki terlihat dari cara Nafisah berdialog dengan Muhammad bin Abdullah.
Nafisah     :”Wahai Muhammad, sekarang engkau telah menjadi pemuda terhormat,terpandang, dan telah dewasa, tetapi mengapa engkau masih belum juga menikah?
Muhammad :”Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah”
Nafisah     :”Jika aku pilihkan untukmu seorang perempuan, apakah kamu mau menerimanya?”
Muhammad :”Siapakah dia?”
Nafisah     :”Sungguh tidak ada perempuan lain yang pantas bersanding denganmu kecuali Khadijah. Dia cantik, dia dermawan, dia baik, dia punya status sosial yang bagus seperti kamu, dan kalian berdua sangat serasi”
Muhammad :”Lalu, bagaimana mungkin aku menikah dengan Khadijah, aku tidak mempunyai mahar”
Nafisah     :”Itu biar aku yang atur”

Perhatikan lagi, betapa berkelasnya perkataan sahabat ibunda kita ini. Ucapannya sama sekali tidak menjatuhkan derajat Khadijah sebagai perempuan dan Muhammad sebagai pemuda. Gayung pun bersamput, Muhammad menerima lamaran Khadijah. Melalui pamannya, Abu Thalib, Muhammad bin Abdullah melangsungkan lamaran resmi untuk pernikahaannya.

Komentar