Kisah Inspiratif

Cinta di Kufah Bersemayam di Surga
Di Kufah, ada seorang pemuda yang memiliki wajah tampan, rajin beribadah, selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja. Dia sangat sederhana dalam perkara dunia.
       Suatu ketika, datang suatu kaum mengunjungi negerinya, Kufah. Kaum tersebut berniat ingin menetap di negeri Kufah untuk beberapa waktu. Di antara kaum tersebut terlihat seorang perempuan yang memiliki paras yang amat cantik, wajahnya ibarat rembulan yang bercahaya. Sang pemuda yang sempat menatapnya terkagum-kagum dengan kecantikan wajah sang perempuan, hatinya langsung terkena panah asmara, dia jatuh cinta pada perempuan cantik itu. Ternyata, sang perempuan pun sempat melihat sang pemuda. Dia pun memiliki perasaan yang sama. Mereka saling jatuh cinta sejak pandangan pertama. Maka sejak saat itu, kaduanya saling dirundung rindu ingin bertemu. Namun, karena pemahaman agama sang pemuda yang baik, dia selalu menahan diri untuk menemui atau untuk sekilas melihat wajah sang perempuan yang dirinduinya.
       Akhirnya, selang beberapa hari, sang pemuda langsung memutuskan untuk melamar perempuan cantik yang dicintainya itu. Dia mendatangi bapak sang perempuan selaku pembesar kaumnya, lalu mengutarakan maksud kedatangannya untuk melamar anaknya. Namun, bapak itu bekata, “maaf pemuda, anakku sudah aku jodohkan dengan anak lelaki pamannya”
       Mendengar hal itu, sang pemuda hanya tertunduk diliputi rasa kecewa. Dia pulang dengan membawa kesedihan yang mendalam.
       Sang perempuan yang mengetahui hal itu langsung menyuruh pembantunya untuk mengantarkan surat kepada sang pemuda. Surat itu berisi, “sungguh aku mengetahui rasa cintamu untukku, dan sungguh aku pun merasakan hal yang sama. Jika engkau mau, aku akan datang menemuimu secara sembunyi-sembunyi, atau kamu yang datang menemuiku dan aku kana memudahkan caranay”.
       Sesaat sang pemuda bahagia membaca surat tersebut, tetapi kemudian dia teringat firman Allah SWT, “katakanlah, sesungguhnya aku takut jika aku bermaksiat kepada Rabbku, maka akan menimpaku azab pada hari yang besar” (Az-Zummar: 13)
       Lalu, dia berkata kepada pembantu sang perempuan, “sungguh, aku takut api neraka yang nyalanya tiada henti, dan kobarannya yang menakutkan”.
       Lalu, pembantu itu kembali pulang dan mengabarkan apa yang dikatakan oleh sang pemuda. Maka, sang perempaun berkata, “sungguh, dia benar-benar orang yang zuhud, dia takut kepada Allah, dan sungguh aku juga berhak untuk takut kepada-Nya”
       Akhirnya sang perempuan menanggalkan pakaian indahnya, kemudian menggantinya dengan pakaian biasa. Dia melepaskan segala perhiasan. Setelah itu, dia mulai sering menyendiri di kamarnya. Dia selalu beribadah dan semakin hari semakin memperbanyak ibadahnya. Bersamaan hal itu, dia masih menyimpan kerinduan yang sangat dalam kepada sang pemuda.
       Ibadahnya yang banyak kepada Rabbnya dan kerinduannya yang sangat dalam kepada sang pemuda membuat keadaan sang perempuan semakin melemah, sehingga akhirnya dia meninggal dalam keadaan husnul khotimah.
       Sepeninggalnya, sang pemuda sering mengunjungi makamnya. Hingga pada suatu malam, sang pemuda bermimpi berjuampa dengan sang perempuan. Sang prempuan itu berkata kepadanya, “seindah-indahnya cinta adalah cintamu untukku wahai kekasihku, cinta yang mengantarkanku pada kebaikan dan kebahagiaan”.
       Sang pemuda berkata, “di manakah engkau kini berada?”. Sang perempuan menjawab, “Di dalam surge yang penuh kenikmatan, yang tidak akan pernah hilang”.
       Sang pemuda berkata lagi, “Ingatlah selalu aku disana, karena sesungguhnya aku di sini tidak pernah melupakanmu”.
       Sang perempuan berkata, “Begitu juga aku, aku tidak pernah melupakanmu. Bahkan, aku memohon kepada Allah agar Dia mempertemukanku denganmu di sini. Maka, bantulah aku dengan banyak beribadah, sehingga engkau bisa menemuiku di sini, duhai kekasihku”.
       Sang pemuda berkata. “Lalu, kapankah aku bisa menemuimu?” Sang perempaun pun menjawab, “Waktunya sudah sangat dekat”.
       Dan benarlah, setelah seminggu berlalu dari masa mimpi itu. Akhirnya sang pemdua pun meninggal dunia.
Maka, sungguh betapa indah cinta mereka. Mereka saling menjaga cinta mereka ketika di dunia, mereka rela menahan diri untuk tidak saling bertemu karena khawatir akan terjerumus ke dalam perbuatan maksiat yang bisa mendatangkan murka Allah. Demikian akhinrya cinta itu menuai surge, mereka tinggal bersama di dalamnya untu selama-lamnya.

Komentar